Pada hari itu, hampir semua mobil dan sepeda motor yang melintas di jalan-jalan digelayuti sesaji berupa ceniga, sampian gangtung, dan tamiang. Ketiganya adalah bagian dari sesaji, bentuknya menyerupai "hiasan" yang terbuat dari janur. Tidak hanya mobil dan motor biasa, bahkan jenis motor gede macam Harley Davidson pun di beri sesaji.
Secara sederhana, Tumpek Landep ini dapat dimaknai sebagai semacam hari "ulang tahun"dari benda-benda yang terbuat dari besi (khusunya yang tajam). Pada saat itulah sepatutnya para pengguna mengucapkan rasa syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan kemuliaan hidup melalui alat-alat tersebut. Ini adalah salah satu bentuk terapan ajaran "Tri Hita Karana", yang mengajarkan untuk selalu menjaga hubungan harmonis dengan Tuhan, dengan alam, dan sesama manusia.
Secara lebih mendalam, hari Tumpek Landep yang berulang setiap 210 hari tersebut merupakan hari penting untuk mensyukuri sekaligus memohon agar senjata kehidupan tetap landep (tajam). Yang dimaksudkan dengan "senjata kehidupan" adalah pikiran dan nurani. Pikiran dan nurani yang tajam manusia akan mampu menghadapi musuh-musuh dalam diri mereka sepereti kemiskinan, kebodohan, kemunafikan, dan sebagainya. (abe/jjb)
Foto-foto oleh: Adrian Suwanto dan Miftahhudin (Radar Bali)