Oleh: Agung Bawantara
Ini adalah pemandangan yang selalu berulang di beberapa ruas jalan Kota Denpasar setiap kali bulan Ramadhan tiba. Yaitu, dagang-dagang makanan “dadakan” di pinggiran jalan yang buka mulai jam empat hingga jam enam petang. Mereka menjual beragam makanan dari kolak, kacang hijau, es kelapa muda, es cendol, nasi bungkus, dan aneka penganan lainnya. Semua makanan itu dibungkus dalam kemasan yang praktis dan mudah dibawa. Untuk siapa makanan-makanan itu? Tentu saja untuk umat Islam yang tengah menjalani ibadah puasa.
Ruas jalan yang paling padat dengan dagang makanan musiman tersebut adalah Jalan Jenderal Sudirman sisi selatan. Yakni, dari depan Mal Matahari hingga selatan Kampus Pusat Universitas Udayana.Di ruas jalan yang panjangnya kurang dari satu kilometer tersebut terdapat tak kurang dari 25 dagang. Mereka menempatkan dagangannya dengan caranya masing-masing. Ada yang di atas meja kecil, ada yang di atas sepeda motor, ada juga di kabin mobil.
Ruas jalan lainnya yang juga ramai pedagang musiman ini antara lain adalah Jalan Nusa Kambangan, Jalan Subur, Jalan Diponegoro, dan Jalan Pemogan.
Menurut Shanti, yang berjualan kolak, kacang hijau dan cendol di Jalan Jenderal Sudirman, sesorean dia bisa menjual 50 gelas. Setiap gelas ia bandrol dengan harga Rp2500. Jumlah pembeli ini menyurut di bandingkan pada hari-hari pertama puasa.
“Saat itu saya bisa menghabiskan 80 hingga 100 gelas,” ungapnya. Menurut gadis berjilbab yang bermukim di Jalan Tukad banyuasri ini, berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, semakin mendekati Idul Fitri jumlah pembeli pun semakin surut.
Berbeda dengan Shanti, Aminah yang berjualan di Jalan Imam Bonjol tetap ramai pembeli dari awal puasa hingga hari ke sekian. Bahkan, ia memperkirakan hingga sepekan menjelang Lebaran pun dagangannya bakal tetap laris manis. Perempuan paruh baya yang berjualan dibantu oleh anak lelakinya ini menjual tak kurang dari 20 jenis makanan dari jenis yang basah (segar) hingga awetan. Harga makanan itu bervariasi antara Rp500 hingga Rp2500. Sayang Aminah enggan menyebutkan secara tegas jumlah omset yang ia raup setiap harinya.
“Alhamdulillah, cukup untuk bekal hari rayalah,” ucapnya sembari tersenyum sumringah.
Kalau pas berlibur di Bali pada bulan Ramadhan, mungkin menarik menyinggahi dan menjajal penganan olahan dagang-dagang musiman ini.