Ditengah menjamurnya mini market diseluruh pelosok tanah air, ternyata pasar tradisional terapung yang terletak di aliran Sungai Barito, tepatnya di Muara Sungai Kuin, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Bajarmasin, Kalimantan Selatan ini, berusaha tetap bertahan ditengah gempuran pasar modern, Pasar unik yang ber-aktifitas mulai bedug salat Subuh sampai selepas pukul tujuh pagi itu, selalu di jadikan tempat transaksi sayur-mayur dan hasil kebun dari kampung-kampung sepanjang aliran sungai barito dan anak-anak sungainya. Memang suasananya bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawam lokal maupun macanegara. Untuk menelusuri keberadaannya, berikut situs tips wisata murah merangkum hiruk pikuk yang terjadi disana
Sekilas Potret Pasar Terapung Muara Kuin
Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk, ini sesuatu yang sangat langka, Satu persatu kekayaan khasanah budaya kita mulai tergerus oleh jaman. bagaimana tidak. pasar pasar didaratan mulai bertumbuhan seperti jamur dimusim hujan. Yang secara tidak langsung menyurutkan semangat para pedagang wanita yang disebut dukuh (penjual hasil produksinya sendiri atau dagangan tetangga) dan para panyambangan ( semacam tengkulak atau pengecer, yang membeli barang dari para dukuh)
Bagi yang sudah pernah mengunjungi pasar terapung muara kuin akan memberikan kenangan tak terlupakan tentang bagaimana masyarakat yang hidup di atas air memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, pengunjung juga akan mengetahui pola transaksi jual beli yang telah berumur lebih dari 400 tahun. Oleh karenanya, pasar ini menjadi saksi bisu perjalanan aktivitas ekonomi masyarakat Kalimantan Selatan. Sebenarnya keberadaan pasar itu sudah melekat dengan daerah tersebut, sampai ada pameo. Anda belum ke banjarmasin kalau belum menginjakan kaki di muara kuin
Sebagai ibu kota propinsi, pusat perdagangan dan pariwisata. Kota Banjarmasin mendapat julukan kota air karena letak daratannya beberapa senti meter di bawah permukaan air laut. Jika kita berangkat dari pusat Kota dengan mengendarai perahu mesin atau yang biasa disebut klotok, diperlukan waktu sekitar 45 menit, ubtuk bisa menyaksikan aktivitas di floating market di aliran Sungai Barito yang kiwir kiwir nyaris punah.
Betapa bijaksananya seandainya pasar yang tak mustahil bisa jadi obyek wisata terunik didunia itu masih diberi ruang untuk bertahan, dengan cara membagi zona usaha atau kapling batasan larangan mini market berdiri disekitar area barito, yang terbukti sudah jadi wasilah menghidupi masyarakatnya sejak ratusan tahun silam..Yupz.. salam wisata keluarga Indonesia