Jika seseorang diminta untuk menyebutkan nama hewan yang hidup didaratan Antartika, maka kemungkinan besar orang tersebut akan menjawab, "Penguin." Padahal Penguin tidak benar-benar hidup di daratan. Semua spesies penguin kecuali satu - Penguin kaisar - menghabiskan sebagian besar hidup mereka di laut. Dan juga burung-burung laut lainnya pergi ke utara selama musim dingin di Antartika. Dan faktanya lagi, - penguin, anjing laut - tidak benar-benar hidup di benua tersebut. Mereka hanya mengunjungi.
Untuk mengetahui binatang apakah penghuni daratan benua antartika, kita harus menggunakan mikroskop. Selain itu, bukti yang telah diteliti oleh para ilmuwan Antartika, mengatakan bahwa binatang-binatang aneh ini adalah sisa-sisa masa lampau, dan menjadi satu satunya yang selamat dari dunia yang lenyap - sesuatu yang pernah terpikir bahwa hal itu hampir mustahil.
Collembola
Untuk mengetahui binatang apakah penghuni daratan benua antartika, kita harus menggunakan mikroskop. Selain itu, bukti yang telah diteliti oleh para ilmuwan Antartika, mengatakan bahwa binatang-binatang aneh ini adalah sisa-sisa masa lampau, dan menjadi satu satunya yang selamat dari dunia yang lenyap - sesuatu yang pernah terpikir bahwa hal itu hampir mustahil.
Collembola
Hewan darat yang terbesar dibenua tersebut adalah yang disebut "Gajah Antartika," yaitu collembola, atau lebih dikenal dengan nama, springtail. Tidak seperti sebagian besar tetangga mereka, mereka dapat terlihat dengan mata telanjang.
Biasanya berukuran panjang dalam milimeter,, arthropoda kecil berkaki enam yang mirip dengan serangga, tetapi lebih primitif, dan mungkin menyerupai leluhur kuno serangga zaman modern. Mereka hidup di bawah batu dekat daerah pesisir, dan bertahan pada diet dari jamur dan bakteri. mereka telah ditemukan hingga ke selatan sejauh 86 derajat lintang.
Meskipun springtail ditemukan di seluruh planet ini, namun yang hidup di Antartika memiliki beberapa trik untuk bertahan hidup dengan kondisi yang brutal. Mereka dapat memperlambat metabolisme mereka untuk menghemat energi, dan ketika mendekati musim dingin, mereka mulai menghasilkan gliserol, yang menurunkan titik beku mereka. Tapi bahkan springtail dapat menyerah dalam kondisi Antartika yang keras. Jika mereka mengalami suhu yang terlalu dingin, mereka akan membeku padat, dan itulah akhir hidup mereka.
Nematoda
Namun bagi hewan darat yang paling melimpah di Antartika, nematoda, cacing-cacing kecil, pembekuan tesebut tidaklah fatal.
Cacing Hardy adalah salah satu makhluk yang paling berlimpah di Bumi, dan dalam ekosistem yang sederhana Antartika, mereka adalah raja. Mereka adalah penguasa benua. Sejauh hewan bisa pergi, kita lebih mungkin untuk menemukan nematoda daripada hewan apa pun. Mungkin cacing ini kecil, tetapi mereka memiliki kekuatan biologis gabungan dari MacGyver dan Lazarus. Pertama, cacing menggunakan proses fisiologis inventif untuk mencegah efek dari dingin yang ekstrim. Seperti springtail, nematoda Antartika ini dapat menurunkan titik beku mereka. Mereka juga memiliki mekanisme untuk melindungi sel-sel mereka dari bahaya air beku, yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup pada suhu di bawah titik beku.
Dalam konteks sel, es dapat mematikan. Setetes air, akan halus dan bulat, namun ketika berubah menjadi es, maka bentuknya akan menjadi seperti bintang senjata rahasia ninja, dengan runcing yang tajam dapat membunuh sel. Proses yang sama menyebabkan radang dingin dan semua efek buruknya. Saat sel-sel mati, jaringan pun rusak. Untuk mencegah hal ini, nematoda memproduksi protein yang bertindak sebagai kemasan, melindungi sel sel nya dari tajamnya kristal es yang pada gilirannya dapat menyebabkan kematian.
Ketika kondisi terlalu kering (cacing memerlukan kelembaban untuk hidup), cacing memiliki kemampuan untuk jatuh ke keadaan seperti mati suri dimana mereka dapat hidup kembali berbulan-bulan, bahkan puluhan tahun kemudian, ketika kondisi membaik. Ketika air datang kembali, nematoda menyedot air kembali ke dalam tubuh mereka dan mereka kembali hidup. Strategi ini tidak unik untuk nematoda Antartika saja. Nematoda yang hidup di tempat yang panas, gurun kering melakukan hal yang sama.
Belum diketahui dengan jelas berapa lama cacing bisa bertahan dalam keadaan ini, namun telah ditemukan nematoda yang bangkit setelah 60 tahun dalam mode beku-kering (freeze-dried). Dalam hal ketangguhan, nematoda mungkin punya alasan untuk iri kepada salah satu rekan antartika mereka dibawah ini
Tardigrades
Tardigrades (dikenal dengan Water Bears / Beruang Air) merupakan bagian dari supefilum Ecdysozoa, filum Tardigrada. Ukurannya sangat kecil, hidup di air, dengan kaki berjumlah delapan. Tardigrades pertama kali dideskripsikan oleh Eprhaim Goeze pada tahun 1773.
Hal yang paling menarik dari hewan ini adalah kemampuan untuk beradaptasi di lingkungan yang sangat ekstrim. Tardigrades dapat bertahan di lingkungan yang beku (nol derajat Celcius) hingga di tempat yang bertemperatur tinggi (151derajat Celcius). Bahkan dapat bertahan terhadap radiasi 1.000 kali lebih tinggi dibandingkan jumlah radiasi di mana makhluk hidup lain dapat bertahan. Oleh karena itu, tardigrades dikenal sebagai hewan yang polyextremeophiles.
Dengan kemampuan tersebut, tardigrades merupakan makhluk hidup yang dapat bertahan bila terjadi perang nuklir atau bencana alam lain yang ekstrim. Bahkan tardigrades dapat hidup selama 120 tahun dalam kondisi kering. Kemampuan unik lainnya dari tardigrades adalah dapat bertahan di keadaan angkasa luar yang hampa udara. Pada suatu penelitian tardigrades dapat hidup selama10 hari di lingkungan luar angkasa. Tardigrades yang mengangkasa menggunakan pesawat luar angkasa FOTON-M3 oleh European Space Agency, dapat bertahan hidup dalam keadaan hampa udara, terpapar sinar kosmik, dan bahkan dapat bertahan terhadap radiasi UV matahari 1000 kali lebih tinggi dibandingkan radiasi di permukaan bumi.
Dua lagi hewan utama Antartika adalah warga tungau - arachnida kecil yang hidup dibawah batu bersama springtail - dan rotifera, mikroskopis, mahluk seperti-Slinky yang tinggal bersama nematoda dan tardigrades di lingkungan yang lebih lembab. Meskipun ada banyak spesies dari masing-masing hewan hewan tersebut, namun tetap cukup menakjubkan bagi kita karena pada dasarnya kita dapat menghitung dengan jari jenis hewan darat dari sebuah benua.
Dan meskipun organisme ekstrim menggunakan berbagai aksi biologis untuk bertahan hidup di Antartika, mereka tidak dapat hidup di dalam es itu sendiri, dan hal ini telah lama diterima ilmuwan bahwa hewan-hewan ini adalah pendatang baru.
Dogmanya adalah bahwa dalam glasial terakhir, benua antartika benar-benar tertutup dengan es dan tidak ada kehidupan. Hal ini berarti bahwa semua organisme yang tinggal di antartika saat ini, haruslah telah pindah kembali ke sana sejak akhir masa glasial maksimum terakhir - dalam kurun 12 ribu hingga 20 ribu tahun yang lalu. Saat itulah es akan sedikit terbuka dan dapat untuk ditinggali.
Masalahnya, hampir semua hewan yang ditemukan di Antartika, adalah asli Antartika. Mereka tidak ditemukan di tempat lain di dunia, dan mereka tidak erat terkait. Bukti genetik menunjukkan bahwa hewan hewan penghuni antartika harus tetap bertahan melalui glasial maksimum terakhir. Karena pada dasarnya, mereka telah ada sejak 100.000 tahun lalu, ketika planet mulai dingin.
Hal tersebut, bersama dengan bukti geologi, telah mengubah beberapa pemikiran yang selama ini diterima. Sekarang banyak ilmuwan berpikir bahwa benua Antartika tidak sepenuhnya terkepung oleh es selama glasial maksimum terakhir. Ada daerah-daerah yang terpapar, dan hewan-hewan ini bertahan di daerah kecil tersebut - dan begitu lapisan es surut, mereka memperluas jangkauan mereka.
Pada dasarnya, dingin yang menghancurkan dan kurangnya kelembaban membunuh semua binatang di benua tersebut, dan hanya menyisakan yang dapat bertahan. Dengan hampir tidak ada pesaing untuk sumber daya yang terbatas, hewan-hewan kecil Antartika tiba-tiba menjadi yang terkuat di benua itu, lalu bergerak keluar dan mengambil alih benua.
Sumber http://www.anehdidunia.com/2012/10/binatang-asli-penghuni-antartika.html#ixzz2A4RwxhbX