Ogoh-ogoh adalah patung berbentuk butha kala atau raksasa yang terbuat dari bambu, kertas dan kain setinggi dua hingga empat meter yang diarak oleh masyarakat di Bali saat upacara ngrupuk. Ogoh-ogoh ini sebetulnya tak memiliki hubungan langsung dengan upacara Nyepi, namun lebih merupakan cerminan kreativitas dan spontanitas masyarakat dalam menyambut tahun baru Saka.
Sebagaimana telah diketahui, pelaksanaan Nyepi terdiri dari serangkaian upacara yang dimulai dengan upacara Melasti yang dilakukan antara empat atau tiga hari sebelum Nyepi. Kemudian dilanjutkan dengan upacara Mecaru untuk mengharmoniskan hubungan manusia dengan alam sekitar yang diselenggarakan sehari menjelang Nyepi. Setelah mecaru, acara dilanjutkan dengan ngrupuk yakni membawa obor dan menaburkan nasi tawur mengelilingi rumah. Sedangkan untuk di tingkat desa dan banjar, umat mengelilingi wilayah desa atau banjar tiga kali dengan membawa obor dan alat bunyi-bunyian. Pada saat inilah masyarakat mengarak ogoh-ogoh dan membakarnya.
Dengan ditiadakannya arak-arakan ogoh-ogoh, suasana Nyepi menyambut tahun baru Saka 1931 ini akan benar-benar sepi.
Berita lain: