Ngaben tikus ini adalah tata cara orang Bali untuk menyetop hama tikus yang menyerang lahan pertanian mereka. Seperti telah banyak diberitakan di media local, beberapa waktu lalu ratusan hektar lahan pertanian di kabupaten Tabanan diserang hama tikus. Ribuan binatang pengerat tersebut menggasak ludas padi-padi yang tengah di tanam menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi petani di wilayah yang dikenal sebagai lumbung padinya Bali itu. Untuk mengatasi hama tersebut, masyarakat setempat bahu-membahu berperang melawan sang penyerbu. Bersenjatakan tongkat kayu mereka turun ke areal persawahan membunuhi tikus-tikus itu. Maka melayanglah ratusan ribu nyawa tikus dalam operasi gabungan tersebut.
Selanjutnya, untuk membersihkan dan menyucikan areal persawahan yang telah berubah menjadi medan pertumpahan darah, tak kurang dari sepuluh ribu warga setempat membakar bangkai-bangkai tikus itu dengan upacara ngaben atau Mrateka Merana. Upacara ini diselenggarakan di depan Pura Puseh Bedha, Desa Bongan.
Oleh warga, bangkai ratusan ribu tikus yang oleh masyarakat Bali dijuluki Jro Ketut itu dimasukkan ke dalam lima bade. Di belakang setiap bade tersebut terpampang foto tikus sesuai dengan warnanya, yakni merah, putih, kuning, hitam dan belang (hitam-putih). Kelima bade tersebut diarak menuju Segara Yeh Gangga, Desa Sudimara, sekitar empat kilometer dari Desa Bongan. Arak-arakan tersebut diiringi tetabuhan baleganjur.
Setiba di Yeh Gangga, sebelum melakukan prosesi pembakaran bade, seluruh masyarakat melakukan persembahyangan terlebih dahulu. Setelah semua bade berisi ratusan ribu tikus itu ludas terlalap api, abu tikus dikumpulkan dan dihanyutkan ke laut sebagaimana yang dilakukan pada upacara pengabenan manusia.
Pelaksanaan upacara Mrateka Merana ini didasari oleh petunjuk-petunjuk yang tertulis pada Babad Arya Tabanan, Babad Dukuh Jumpungan, Lontar Sri Purana Tatwa, dan Lontar Darma Pemaculan. Semua kitab dan lontar tersebut memberi petunjuk tentang bagaimana mengendalikan hama tikus secara spiritual. Sebelum ini, upacara serupa diselenggarakan pada tahun 2002. (abe/jjb-radarbali)
Foto-foto repro : Yoyo Raharyo - Radar Bali.