Memang, hujan deras yang kerap turun secara tiba-tiba membuat para peminat olahraga air urung menjalankan niatnya. Akibatnya, tidak hanya pengusaha wahana air yang merugi akibat situasi ini, para nelayan yang kesehariannya turut menggantungkan diri pada bisnis ini pun harus merelakan penghasilannya menyurut.
I Gede Suta, seorang dive master di pantai Amed, menuturkan bahwa setiap kali musim hujan rata-rata perusahaan wahana bawah air mengalami penurunan order sekitar 75 persen. Soalnya, pada musim hujan, perairan pantai menjadi keruh oleh aliran lumpur dari sungai-sungai.
“Ini menyebabkan jarak pandang di air menjadi pendek, dan pemandangan di bawah air menjadi tidak menarik” paparnya.
Menurut Suta, aktivitas wisata diving dan snorkling yang paling ramai di kawasan ini adalah pada bulan Mei sampai Juni. Pada bulan-bulan tersebut, dalam sehari bisa 40 orang tamu yang melakukan diving yang berbiaya antara 35 hingga 45 dollar Amerika per orang. (rul/jjb)