Senin, 08 Februari 2010

Gambuh

Oleh : Agung Bawantara

Gambuh adalah tarian dramatari Bali yang dianggap paling tinggi mutunya dan merupakan dramatari klasik Bali yang paling kaya akan gerak-gerak tari sehingga dianggap sebagai sumber segala jenis tari klasik Bali.Diperkirakan, Gambuh ini muncul sekitar abad ke-15 yang lakonnya bersumber pada cerita Panji. Gambuh berbentuk total theater karena di dalamnya terdapat jalinan unsur seni suara, seni drama & tari, seni rupa, seni sastra, dan lainnya.

Pementasannya dalam upacara-upacara Dewa Yadnya seperti odalan, upacara Manusa Yadnya seperti perkawinan keluarga bangsawan, upacara Pitra Yadnya (ngaben) dan lain sebagainya. Diiringi dengan gamelan Penggambuhan yang berlaras pelog Saih Pitu. Tokoh-tokoh yang biasa ditampilkan adalah Condong, Kakan-kakan, Putri, Arya / Kadean-kadean, Panji (Patih Manis), Prabangsa (Patih Keras), Demang, Temenggung, Turas, Panasar dan Prabu. Dalam memainkan tokoh-tokoh tersebut semua penari berdialog, umumnya bahasa Kawi, kecuali tokoh Turas, Panasar dan Condong yang berbahasa Bali, baik halus, madya dan kasar.

Di Bali, hanya sedikit desa yang memiliki kesenian Gambuh. Salah satu desa yang terkenal dengan kesenian Gambuhnya adalah Desa Pedungan, Denpasar. Gambuh ini merupakan kelompok seni istana yang berkaitan erat dengan Puri Satria dan Puri Pemecutan. Ia mendapat perlindungan dan pengayoman dari penguasa di kedua puri tersebut. Besarnya perhatian raja pada kesenian Gambuh pada waktu itu menyebabkan Gambuh Pedungan tumbuh dan berkembang dan melahirkan penari-penari Gambuh handal. Satu di antara penari Gambuh yang sangat terkenal adalah I Gede Geruh (almarhum).

Kini, dengan semakin memudarnya kekuasaan puri, Gambuh pun menjadi milik kelompok atau banjar yang bersangkutan. Kelompok Seni Gambuh yang masih aktif hingga kini terdapat di desa Batuan (Gianyar), Padang Aji dan Budakeling (Karangasem), Tumbak Bayuh (Badung), Pedungan (Denpasar), Apit Yeh (Tabanan), Anturan dan Naga Sepeha (Buleleng).

Sumber:
"Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali" (I Wayan Dibia, Guru Besar ISI Denpasar)
"Masa Keemasan Kesenian Gambuh" (Wardizal, Dosen Seni Karawitan ISI Denpasar)

Foto:
Widnyana Sudibya


Tulisan Terkait:
Pasang Surut Gambuh Pedungan di Tengah Laju Budaya Global


◄ Newer Post Older Post ►