Warung ini didirikan pada tahun 1957 oleh I Made Pegeg. Mula-mula berupa sebuah warung sederhana disebuah gang yang letaknya tak jauh dari warung yang sekarang. Menu pada saat didirikan adalah lawar godel (sapi muda). Karena lezat dan khas warung milik Pak Pegeg itu langsung ramai pengunjung. Meski demikian, ahli lawar ini tetap bersahaja. Ia tetap bertahan dengan sajiannya yang sederhana dan harganya yang murah. Tapi, kesederhanaan itu justru semakin membuat warung lawar Pak Pegeg menjadi terkenal. Orang-orang menyebutnya Warung Lawar Penatih.
Karena usia yang semakin renta, perlahan-lahan Pegeg menurunkan kemahirannya meracik bumbu kepada putrinya Ni Ketut Ribug, dan kemudian menyerahkan pengelolaan warung itu kepadanya.
Tahun 1982, karena berbagai pertimbangan Ni Ketut Ribug memindahkan lokasi warung beberapa meter di seberang warung yang lama. Pada saat-saat tersebut, selain di warung, penjualan juga dilakukan berkeliling ke tempat-tempat di mana tajen (sabungan ayam) tengah digelar.
Itu berlangsung hingga beberapa tahun lamanya.
Kembali karena pertimbangan usia, Ni Ketut Ribug menurunkan keahlian memasaknya pada putranya, I Wayan Nanu. Sekaligus juga menyerahkan pengelolaan warung itu ke pemuda alumnus Fakultas humum Universitas Udayana tersebut. Di tangan Nanu, warung ini mengalami perubahan menu dari godel menjadi babi dan bebek. Alasannya, karena daging godel semakin sulit didapat dan harganya semakin melangit.
Tahun 1996, Nanu, memindahkan lokasi warung ke lokasi yang ditempati hingga sekarang. Yakni di jalan Padma, Denpasar Utara.
Kini warung sederhana itu sudah berubah menjadi bangunan permanen dua lantai. Di situlah layanan dibuka sejak pukul delapan pagi hingga pukul lima sore. Setiap harinya, warungi itu dikunjungi tak kurang dari 150 pembeli, rata-rata berusia di atas 30 tahun. Menu tetap sampai saat ini adalah : lawar, sate, ares, daging goreng, urutan.
Menurut nanu, rahasia sukses Warung Lawar Penatih ini adalah kesetiaannya menjaga rasa yang kuat dari bumbu wangen.
“Sebagai pewaris, saya berusaha mempertahankan apa yang telah dirintis oleh kakek dan ibu saya,” Papar Nanu.