Grebeg Aksara, sebuah ritual tahunan untuk memohon kerayahuan (keselamatan dan kesejahteraan) bumi, dihelat lagi. Kali ini dipusatkan di Pasraman Widya Santhi Dharna, Begugul. Tepatnya 250 meter di utara Pura Ulun Danu Beratan, Bedugul, Kabupaten Tabanan. Dan, puncak prosesinya akan dilaksanakan di Situs Candi Mas, 500 meter di utara Pura Ulun Danu Beratan. Dari situ akan dilakukan prosesi menuju ke Pura Ulun Danu Beratan, Bedugul untuk menggelar Ritus Yuganadakalpa.
Secara harfiah Grebeg Aksara berarti perjalanan aksara. Intinya adalah prosesi nedunang (menurunkan dan mengirab) pustaka-pustaka suci penanda kejayaan masa lampau agar spirit dan fibrasinya memancar ke seluruh semesta melalui orang orang yang terlibat atau orang-orang yang menyaksikan acara tersebut. Prosesi Grebeg Aksara dipelopori oleh Ida Bagus Granoka, filsuf Bali asal Grya Budha Keling, Karangasem. Kegiatan pertama digelar pada tahun 2000 di Kawasan Pura Luhur Uluwatu. Grebeg berikutnya di gelar pada 2005 di kawasan Catus Pata (perempatan) Kota Denpasar. Tahun 2009 prosesi ini digelar di tiga lokasi yakni Grya Budha Keling (Karangasem, Bali), Desa Tenganan (Karangasem, Bali) dan Desa Trowulan (Jawa Timur).
Tahun lalu, Grebeg dilaksanakan pada 1 Juni 2010 di Pura Taman Pule Mas, Desa Mas, Gianyar. Saat itu prosesi diawali dengan menurunkan dan mengirab Pustaka Sutasoma di Grya Budha Keling, dilanjutkan dengan menurunkan dan mengirab Pustaka Negara Kerta Gama di Klungkung, lalu menurunkan dan mengirab Topeng Gajah Mada di Blahbatuh, Gianyar. Ketiga pustaka dan benda-benda keramat itu “dipertemukan” dengan benda-benda keramat dari Keraton Solo, Siliwangi, Trowulan, dan Ngayogjakarta Hadiningrat di Patung Brahma Lelare di Desa Sakah, Gianyar. Selanjutnya semuanya dikirab menuju Pura Taman Pule Mas untuk disemayamkan beberapa saat. Seluruh rangkaian prosesi itu bertajuk "Grebeg Aksara Prasada Menapak Bumi Nusantara”.
Tahun ini, Grebeg Aksara diberi tajuk “Kebangkitan Pancasila di Negeri Surga Bumi”. Prosesi ini yang dilaksanakan pada 20 Mei 2011 ini dititikberatkan sebagai pencanangan paradigma “titik balik” PaBali, yakni memandang dunia dari perspektif Bali masa depan yang dikelompokkan dalam tiga kategori desa-pulau-negeri.
Untuk desa, dinamakan Desa Adistana, yakni desa yang terlahir kembali, merepresentasikan kekuatan cipta adikodrati dan membuka wacana baru dalam dialog global. Untuk pulau, dinamakan Pulau Mahasurgabumi, sebuah matahari baru yang memancarkan model refilosofi kebudayaan dan proses-proses berpikir historis dari positivisme ke konstruksivisme. Sedangkan untuk negeri, ditujukan guna mencapai Indonesia merdeka mahardika, yakni Indonesia yang bermartabat dan berjiwa mulia.
Ada sepuluh kegiatan grebeg aksara tahun ini yakni puja pangastawa (doa) Ida Pedanda Adistana sekaligus pembukaan oleh Bupati Tabanan; Aubade ”Mahawinduprasapta” Grebeg Aksara Prasada mengirab Mustika Raja Pustaka Nusantara ”Bhinneka Tunggal Ika” Sutasoma (Budakeling) dan Nagarakertagama (Semarapura), Topeng Gajah Mada (Blahbatuh); Yoga Musik: Api Musik Bali, Api Perbawa Dunia, Musik Perbawa Dunia; Tarian ”Nyatur Lawa” Topeng Gajah Mada Puri Blahbatuh, Tabuh Pisan PaBali; Anugerah ”Cakrawisnugranti” Garba Datu Swayambhu Lingga Kundalini untuk Cakrawarti Gubernur; Amanat Gubernur Bali; Gelar seni Imen-Imen Pulina Bali; Parum Param Nasional (dialog pembangkitan roh murni bangsa); Samadhi Bhawana (meditasi membangun pikiran murni); dan puja pangastawa (doa) dipimpin oleh Ida Pendanda Adistana lalu ditutup oleh Bupati Karangasem.
Seluruh rangkaian acara di atas dimulai pada pukul 08.30 WITA dan berakhir padapukul 22.00 WITA.