Sabtu, 11 Juni 2011

SBY buka PKB ke-33

Adagium Desa-Kala-Patra merupakan tuntunan hidup yang sangat bernilai. Ajaran hidup yang hidup dalam keseharian masyarakat Bali tersebut merupakan inspirasi bagi dunia untuk selalu bisa hidup berdampingan dan beradaptasi di tengah keragaman tradisi dan budaya. Hal itu disampaikan disampaikan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat membuka Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-33 di panggung Ardha Chandra, Taman Budaya Bali, Denpasar, Jumat malam 10 Juni 2011.

Menurut Presiden, tema PKB 2011 ini, yaitu “Desa-Kala-Patra, Adaptasi Diri Dalam Multikultur” sangatlah tepat dalam situasi sekarang ini. Perbedaan adalah sesuatu keniscayaan yang tak mungkin ditolak. Untuk itulah diperlukan kearifan setiap manusia untuk dapat hidup berdampingan dalam perbedaan tersebut.

“Memang tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini telah terjadi benturan peradaban Timur dan Barat, Utara dan Selatan, yang juga berdampak bagi kehidupan masyarakat di Indonesia. Namun, saya yakin dan percaya (bahwa) dalam perbedaan ada persamaan universal. Jika dikelola dengan baik, perbedaan itu justru melahirkan warna-warni (yang indah) di tengah sikap saling menerima dalam budaya global ini,” papar yang tampil dengan busana adat Bali.

Setelah memaparkan peran PKB sebagai ajang tahunan yang merupakan wahana penting untuk mempresentasikan puncak-puncak kreativitas seni-budaya Bali, Presiden SBY membuka secara resmi PKB ke-33 dengan menancapkan kayonan pada pusat Padma Asta Dala. Kayonan adalah lambang gunung dalam seni pewayangan Bali. Dengan kayonanlah para dalang membuka dan menutup pergelarannya. Sedangkan Padma Asta Dala adalah bunga teratai dengan delapan kelopak. Ia merupakan simbol alam semesta dengan seluruh penjurunya. Dengan demikian, penancapan kayonan di pusat Padma Asta Dala tersebut menyiratkan semangat memancarkan keindahan ke seluruh penjuru semesta raya.

Penancapan kayonan oleh Presiden SBY yang didampingi Menteri Agama Suryadharma Ali, Menteri Pariwisata Jero Wacik, dan Gubernur Bali Made Mangku Pastika itu, sekaligus sebagai pertanda dibukanya secara resmi “Utsawa Dharma Githa XI Tingkat Nasional” dan “Bali-World Culture Forum”. Utsawa Dharma Githa adalah perlombaan melantunkan wirama (kidung suci). Sedangkan Bali-World Culture Forum adalah forum yang mempertemukan para intelektual dan budayawan dari berbagai belahan dunia untuk membahas isu-isu penting kebudayaan dunia saat ini.

Dalam acara pembukaan ini, tampil juara Utsawa Darma Githa tahun 2010 membacakan beberapa sloka. Tampil pula siswa tuna rungu SLB B PTN Jimbaran membawakan Tari Pendet dengan iringan 25 siswa tuna netra dari SLB Negeri A Dria Raba, Denpasar. Sebagai puncak acara, hadir sendratari kolosal “Dewabharata” garapan Insititut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.

◄ Newer Post Older Post ►