Fenomena aneh terjadi di aliran Sungai Yangtze, sungai terpanjang di China. Airnya tiba-tiba berubah merah serupa warna jus tomat, jika tidak bisa dibilang menyerupai darah. Para pejabat setempat mengaku belum mendapatkan petunjuk pasti soal penyebabnya.
Penduduk barat daya Kota Chongqing kali pertama menjumpai keanehan pada sungai yang dijuluki "jalur air emas" itu pada Kamis 6 September 2012 lalu.
Air berwarna merah terang itu tak hanya terkonsentrasi di sekitar Chongqing, pusat industri terbesar di barat daya China, tetapi juga di sejumlah titik lain di sepanjang sungai.
Para penyidik belum menentukan penyebab dari fenomena tak biasa itu, namun laporan Telegraph melaporkan, pejabat lingkungan menduga, warna air menjadi merah disebabkan limbah industri. Atau mungkin disebabkan lumpur merah yang terbawa oleh banjir di hulu.
Sementara, Emily Stanley, propfesor limnologi atau ilmu yang mempelajari perairan dalam dari University of Wisconsin menerangkan, satu-satunya penyebab alami dari air yang berubah merah adalah mikroorganisme air dalam jumlah besar. Misalnya ganggang merah yang mekar.
"Saat air berubah merah, pertama yang terbesit di pikiran orang yang melihatnya adalah pasang merah (red tide)," kata dia kepada situs sains Life's Little Mysteries.
Namun, pendapat itu tak cocok untuk menjelaskan fenomena Sungai Yangtze. "Sebab, alga yang menyebabkan pasang merah berada di laut, bukan air tawar. Jadi sangat tidak mungkin bawah ini terkait fenomena pasang merah," kata dia.
Sementara, air tawar sesekali menjadi semerah darah akibat alasan biologis. Misalnya, danau berubah merah selama kekeringan di Texas musim panas lalu, yang memicu isu kiamat yang salah kaprah. Terkait itu, Stanley mengatakan, fenomena tersebut paling sering disebabkan oleh bakteri yang memproduksi warna yang efektif saat air kekurangan oksigen. Sementara, sangat jarang air berada dalam kondisi itu.
Tapi, itu bukan penjelasan untuk fenomena Sungai Yangtze. Setelah melihat sejumlah gambar aliran sungai di Chongqing, Stanley menduga itu akibat ulah manusia.
"Sepertinya ini fenomena polutan," katanya. "Air yang berubah warna menjadi merah dengan cepat pernah terjadi di masa lalu. Akibat orang membuang limbah pewarna ke dalam sungai."
Limbah pewarna sebelumnya juga menjelaskan mengapa aliran air sungai di Jian, China berubah merah tua Desember lalu. Para penyelidik menelusuri jejak warga hingga mengarah ke pabrik kimia ilegal yang memproduksi pewarna merah untuk pembungkus kembang api.
Namun, Stanley juga tak megenyampingkan dugaan penyebab lain, seperti dugaan pejabat China: lumpur merah. "China terkenal memiliki daerah dengan banyak sisi bukit curam. Ada banyak praktek penggunaan tanah yang memicu erosi," kata dia. Namun, jika itu yang terjadi, tanah merah asuk ke hulu sungai, harus ada faktor pemicu. "Saya membayangkan ada semacam badai besar atau penyebab lain yang membuat tanah dalam jumlah besar masuk dalam sungai," kata Stanley.
Penduduk barat daya Kota Chongqing kali pertama menjumpai keanehan pada sungai yang dijuluki "jalur air emas" itu pada Kamis 6 September 2012 lalu.
Air berwarna merah terang itu tak hanya terkonsentrasi di sekitar Chongqing, pusat industri terbesar di barat daya China, tetapi juga di sejumlah titik lain di sepanjang sungai.
Para penyidik belum menentukan penyebab dari fenomena tak biasa itu, namun laporan Telegraph melaporkan, pejabat lingkungan menduga, warna air menjadi merah disebabkan limbah industri. Atau mungkin disebabkan lumpur merah yang terbawa oleh banjir di hulu.
Sementara, Emily Stanley, propfesor limnologi atau ilmu yang mempelajari perairan dalam dari University of Wisconsin menerangkan, satu-satunya penyebab alami dari air yang berubah merah adalah mikroorganisme air dalam jumlah besar. Misalnya ganggang merah yang mekar.
"Saat air berubah merah, pertama yang terbesit di pikiran orang yang melihatnya adalah pasang merah (red tide)," kata dia kepada situs sains Life's Little Mysteries.
Namun, pendapat itu tak cocok untuk menjelaskan fenomena Sungai Yangtze. "Sebab, alga yang menyebabkan pasang merah berada di laut, bukan air tawar. Jadi sangat tidak mungkin bawah ini terkait fenomena pasang merah," kata dia.
Sementara, air tawar sesekali menjadi semerah darah akibat alasan biologis. Misalnya, danau berubah merah selama kekeringan di Texas musim panas lalu, yang memicu isu kiamat yang salah kaprah. Terkait itu, Stanley mengatakan, fenomena tersebut paling sering disebabkan oleh bakteri yang memproduksi warna yang efektif saat air kekurangan oksigen. Sementara, sangat jarang air berada dalam kondisi itu.
Tapi, itu bukan penjelasan untuk fenomena Sungai Yangtze. Setelah melihat sejumlah gambar aliran sungai di Chongqing, Stanley menduga itu akibat ulah manusia.
"Sepertinya ini fenomena polutan," katanya. "Air yang berubah warna menjadi merah dengan cepat pernah terjadi di masa lalu. Akibat orang membuang limbah pewarna ke dalam sungai."
Limbah pewarna sebelumnya juga menjelaskan mengapa aliran air sungai di Jian, China berubah merah tua Desember lalu. Para penyelidik menelusuri jejak warga hingga mengarah ke pabrik kimia ilegal yang memproduksi pewarna merah untuk pembungkus kembang api.
Namun, Stanley juga tak megenyampingkan dugaan penyebab lain, seperti dugaan pejabat China: lumpur merah. "China terkenal memiliki daerah dengan banyak sisi bukit curam. Ada banyak praktek penggunaan tanah yang memicu erosi," kata dia. Namun, jika itu yang terjadi, tanah merah asuk ke hulu sungai, harus ada faktor pemicu. "Saya membayangkan ada semacam badai besar atau penyebab lain yang membuat tanah dalam jumlah besar masuk dalam sungai," kata Stanley.
"Saya masih condong penyebabnya terkait industri." Dari ulah manusia yang mencemari lingkungan dan mengganggu keseimbangan alam. (adi)
Sumber: Live Science
Sumber: Live Science