Sabtu (31/1) pukul 18.30 Wita, salah satu panggung penting di Bali, yakni panggung terbuka Ardha Candra Taman Budaya Denpasar, digetarkan oleh penampilan seniman-seniman kawakan dari Sanggar Seni Dwi Mekar Singaraja, menampilkan drama-komedi "Cupak Grantang".
Pertunjukan yang memadukan pakem drama gong gaya Buleleng dan bebondresan mengocok perut penonton dengan banyolan-banyolan yang segar dam khas. Meski pun hujan mengguyur panggung terbuka, penonton termasuk Menteri Budaya dan Pariwisata Jero Wacik, tetap saja setia mengikuti pertunjukan berdurasi satu jam ini hingga tuntas.
Drama komedi ini mengisahkan adanya dua sifat berbeda pada diri manusia, yakni dharma (kebaikan) dan adharma (kejahatan). Sifat baik dan selalu mengalah ditunjukkan oleh tokoh Grantang, sedangkan sifat angkuh, dengki, rakus dan penipu ditunjukkan oleh tokoh Cupak.
Di Bali, kesenian drama gong sangat berjaya di tahun 1980-an. Saat itu masyarakat mengelu-elukan para seniman drama gong layaknya fans mengelu-elukan selebriti. Belakangan, beriringan dengan perkembangan zaman, pamor drama gong surut dan nyaris punah. Untunglah ada grup-grup kesenian macam Sanggar Seni Dwi Mekar yang masih kukuh mempertahankannya.