Bagi wisatawan domestik, Bali rupanya merupakan salah satu tujuan yang pas untuk mengisi liburan Lebaran. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kunjungan wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia cukup padat. Kunjungan tersebut terkonsentrasi di obyek-obyek wisata yang sudah terkenal seperti Kawasan Kuta-Legian-Seminyak, Pantai Lovina (Bali Utara), Bedugul, dan pusat-pusat perbelanjaan murah untuk oleh-oleh. Tumpleknya wisatawan tersebut membuat kemacetan yang cukup hebat di sejumlah ruas jalan di kawasan-kawasan tersebut.
Kawasan yang mengalami kemacetan paling parah hingga hari ke-tiga libur Lebaran ini adalah kawasan Pantai Kuta. Hampir seluruh jalan kawasan yang dikenal sebagai ikon penting pariwisata Bali ini dipadati kendaraan roda dua dan roda empat. Sebagian di antaranya adalah kendaraan pribadi berplat nomor luar Bali. Sebagian lagi kendaraan sewaan plus taksi dan angkutan umum. Hal ini diperparah oleh deretan kendaraan yang diparkir di sisi jalan.
Kemacetan juga terjadi di jalan raya Tohpati hingga Celuk. Kemacetan ini merupakan luberen dari menumpuknya jumlah kendaraan yang menuju Pasar seni Sukawati dan Pasar Seni Guang. Di ruas-ruas jalan tersebut ratusan kendaraan merambat pelan dengan kecepatan maksimal 15 kilometer/jam. Mendapat luberan dari Sukawati, ruas jalan Batuan-Celuk juga macat. Di jalur ini kemacatan diperparah oleh rusaknya aspal jalan oleh gerusan air hujan yang tak segera diatasi oleh pihak yang berkompeten.
Obyek wisata Bali Safari & Marine Park, Gianyar yang memiliki lahan parkir yang cukup luas pun tak mampu menampung jejalan kendaraan pengunjung. Ratusan kendaraan yang datang ke lokasi tersebut memeluber hingga ke jalan by pass Prof. Dr. Ida Bagus Mantra.
Beberapa wisatawan yang dimintai tanggapannya tentang kondisi ini mengatakan tetap happy menikmati liburannya.
“Ini merupakan romantisme tersendiri dalam berlibur di musim padat kunjungan,” ujar Rudi, pelancong asal Malang, Jawa Timur, yang datang bersama keluarganya mengendarai mobil pribadi.
Namun ada juga yang merasa penat menghadapi kondisi itu.
“Waktu liburan kami habis di jalanan. Untung anak-anak nggak sampai rewel,” cetus Endang, pelancong asal Bandung, Jawa Barat, yang berlibur bersama keluarganya dengan mengendarai mobil sewaan.
Meski berbeda cara menanggapinya, tapi ada satu hal yang sama-sama diharapkan oleh para pelancong tersebut, yakni perbaikan sistem transportasi di Bali.
“Jika ada sarana transportasi alternatif yang lebih lancar dan nyaman, kami akan memilih menggunakan itu untuk menikmati Bali,” tandas Rudi sambil menyunggingkan senyumnya.