Senin, 21 Februari 2011

Putri Tidur

Dahulu kala, terdapat sebuah negeri yang dipimpin oleh
raja yang sangat adil dan bijaksana. akyatnya makmur dan
tercukupi semua kebutuhannya. Tapi ada satu yang masih
terasa kurang. Sang Raja belum dikaruniai keturunan.
Setiap hari Raja dan permaisuri selalu berdoa agar
dikaruniai seorang anak. Akhirnya, doa Raja dan
permaisuri dikabulkan. Setelah 9 bulan mengandung,
permaisuri melahirkan seorang anak wanita yang cantik. Raja sangat bahagia, ia
mengadakan pesta dan mengundang kerajaan sahabat serta seluruh rakyatnya.
Raja juga mengundang 7 penyihir baik untuk memberikan mantera baiknya.
"Jadilah engkau putri yang baik hati", kata penyihir pertama. "Jadilah engkau
putri yang cantik", kata penyihir kedua. "Jadilah engkau putri yang jujur dan
anggun", kata penyihir ketiga. "Jadilah engkau putri yang pandai berdansa", kata
penyihir keempat. "Jadilah engkau putri yang panda menyanyi," kata penyihir
keenam. Sebelum penyihir ketujuh memberikan mantranya, tiba-tiba pintu istana
terbuka. Sang penyihir jahat masuk sambil berteriak, "Mengapa aku tidak
diundang ke pesta ini?".
Penyihir terakhir yang belum sempat memberikan mantranya sempat
bersembunyi dibalik tirai. "Karena aku tidak diundang, aku akan mengutuk
anakmu. Penyihir tua yang jahat segera mendekati tempat tidur sang putri sambil
berkata,"Sang putri akan mati tertusuk jarum pemintal benang, ha ha ha ha…..".
Si penyihir jahat segera pergi setelah mengeluarkan kutukannya.
Para undangan terkejut mendengar kutukan sang penyihir
jahat itu. Raja dan permaisuri menangis sedih. Pada saat
itu, muncullah penyihir baik yang ketujuh, "Jangan
khawatir, aku bisa meringankan kutukan penyihir jahat.
Sang putri tidak akan wafat, ia hanya akan tertidur selama
100 tahun setelah terkena jarum pemintal benang, dan ia
akan terbangun kembali setelah seorang Pangeran datang
padanya", ujar penyihir ketujuh. Setelah kejadian itu, Raja segera
memerintahkan agar semua alat pemintal benang yang ada di negerinya segera
dikumpulkan dan dibakar.
Enam belas tahun kemudian, sang putri telah tumbuh menjadi seorang gadis yang
cantik dan baik hati. Tidak berapa lama Raja dan Permaisuri melakukan perjalanan ke luar negeri. Sang Putri yang cantik tinggal di istana. Ia berjalanjalan
keluar istana. Ia masuk ke dalam sebuah puri. Di dalam puri itu, ia melihat
sebuah kamar yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Ia membuka pintu kamar
tersebut dan ternyata di dalam kamar itu, ia melihat seorang nenek sedang
memintal benang. Setelah berbicara dengan nenek tua, sang Putri duduk di depan
alat pemintal dan mulai memutar alat pemintal itu. Ketika sedang asyik memutar
alat pintal, tiba-tiba jari sang Putri tertusuk jarum alat pemintal. Ia menjerit
kesakitan dan tersungkur di lantati. "Hi… hi…hi… tamatlah riwayatmu!", kata sang
nenek yang ternyata adalah si penyihir jahat.
Hilangnya sang Putri dan istana membuat khawatir orang tuanya. Semua orang
diperintahkan untuk mencari sang Putri. Sang putri pun ditemukan. Tetapi ia
dalam keadaan tak sadarkan diri. "Anakku ! malang sekali nasibmu…" rata Raja.
Tiba-tiba datanglah penyihir muda yang baik hati. Katanya, "Jangan khawatir,
Tuan Putri hanya akan tertidur selama seratus tahun. Tapi, ia tidak akan
sendirian. Aku akan menidurkan kalian semua," lanjutnya sambil menebarkan
sihirnya ke seisi istana. Kemudian, penyihir itu menutup istana dengan semak
berduri agar tak ada yang bisa masuk ke istana.
Seratus tahun yang panjang pun berlalu. Seorang pangeran dari
negeri seberang kebetulan lewat di istana yang tertutup semak
berduri itu. Menurut cerita orang desa di sekitar situ, istana itu
dihuni oleh seekor naga yang mengerikan. Tentu saja Pangeran
tidak percaya begitu saja pada kabar itu. "Akan ku hancurkan
naga itu," kata sang Pangeran. Pangeran pun pergi ke istana.
Sesampai di gerbang istana, Pangeran mengeluarkan pedangnya
untuk memotong semak belukar yang menghalangi jalan masuk. Namun, setelah
dipotong berkali-kali semak itu kembali seperti semula. "Semak apa ini ?" kata
Pangeran keheranan. Tiba-tiba muncullah seorang penyihir muda yang baik hati.
"Pakailah pedang ini," katanya sambil memberikan sebuah yang pangkalnya
berkilauan.
Dengan pedangnya yang baru, Pangeran berhasil masuk ke istana. "Nah, itu dia
menara yang dijaga oleh naga." Pangeran segera menaiki menara itu. Penyihir
jahat melihat kejadian itu melalui bola kristalnya. "Akhirnya kau datang,
Pangeran. Kau pun akan terkena kutukan sihirku!" Penyihir jahat itu bergegas
naik ke menara. Ia menghadang sang Pangeran. "Hai Pangeran!, jika kau ingin
masuk, kau harus mengalahkan aku terlebih dahulu!" teriak si Penhyihir. Dalam
sekejap, ia merubah dirinya menjadi seekor naga raksasa yang menakutkan. Ia
menyemburkan api yang panas Pangeran menghindar dari semburan api itu. Ia menangkis
sinar yang terpancar dari mulut naga itu dengan
pedangnya. Ketika mengenai pangkal pedang yang berkilau,
sinar itu memantul kembali dan mengenai mata sang naga
raksasa. Kemudian, dengan secepat kilat, Pangeran
melemparkan pedangnya ke arah leher sang naga. "Aaaa….!"
Naga itu jatuh terkapar di tanah, dan kembali ke bentuk
semula, lalu mati. Begitu tubuh penyihir tua itu lenyap,
semak berduri yang selama ini menutupi istana ikut lenyap. Di halaman istana,
bunga-bunga mulai bermekaran dan burung-burung berkicau riang. Pangeran
terkesima melihat hal itu. Tiba-tiba penyihir muda yang baik hati muncul di
hadapan Pangeran.
"Pangeran, engkau telah berhasil menghapus kutukan atas
istana ini. Sekarang pergilah ke tempat sang Putri tidur,"
katanya. Pangeran menuju ke sebuah ruangan tempat sang
Putri tidur. Ia melihat seorang Putri yang cantik jelita
dengan pipi semerah mawar yang merekah. "Putri, bukalah
matamu," katanya sambil mengenggam tangan sang Putri.
Pangeran mencium pipi sang Putri. Pada saat itu juga,
hilanglah kutukan sang Putri. Setelah tertidur selama seratus tahun, sang Putri
terbangun dengan kebingungan. "Ah… apa yang terjadi…? Siapa kamu…?
Tanyanya. Lalu Pangeran menceritakan semua kejadian yang telah terjadi pada
sang Putri.
"Pangeran, kau telah mengalahkan naga yang menyeramkan.
Terima kasih Pangeran," kata sang Putri. Di aula istana,
semua orang menunggu kedatangan sang Putri. Ketika
melihat sang Putri dalam keadaan sehat, Raja dan
Permaisuri sangat bahagia. Mereka sangat berterima kasih
pada sang Pangeran yang gagah berani. Kemudian Pangerang
berkata, "Paduka Raja, hamba punya satu permohonan.
Hamba ingin menikah dengan sang Putri." Raja pun menyetujuinya. Semua orang
ikut bahagia mendengar hal itu. Hari pernikahan sang Putri dan Pangeran pun
tiba. Orang berbondong-bondong datang dari seluruh pelosok negeri untuk
mengucapkan selamat. Tujuh penyihir yang baik juga datang dengan membawa
hadiah.



Sumber : Elexmedia



Download Filenya disini

◄ Newer Post Older Post ►