Rabu, 25 Februari 2009

Panca Bali Krama, Bangun Keharmonisan Jagat

Pada Rabu, 25 Maret 2009 mendatang, umat Hindu kembali menyelenggarakan upacara Tawur Panca Bali Krama di Pura Besakih. Upacara ini digelar setiap sepuluh tahun sekali, yaitu pada Tilem Caitra (bulan mati ke-sembilan) ketika tahun Saka berakhir dengan angka "0" (nol) atau disebut dengan rah windhu. Apa makna upacara ini?
Ketua Sabha Walaka PHDI Pusat Ketut Wiana mengatakan, dalam Lontar Raja Purana, tawur agung yang diselenggarakan setiap sepuluh tahun itu disebut Panca Bali Krama, sedangkan dalam lontar yang lain disebut Panca Wali Krama. Inti dari upacara tersebut adalah caru yang dalam kitab Samhita Swara berarti 'cantik' atau mengharmoniskan kembali. Dalam konteks ini, alam mesti diharmoniskan (butha hita), termasuk sesama individu umat (jana hita) menuju keharmonisan bersama (jagat hita). Jadi, Tawur Agung Panca Bali Krama ini pada esensinya adalah upaya menuju hal-hal yang harmonis.

Menurut sastrawan dan tokoh Hindu IBG Agastia sistem upacara umat Hindu di Bali terutama upacara-upacara besar seperti Panca Bali Krama, Eka Dasa Rudra dan yang lainnya diselenggarakan pada saat terpilih dan juga tempat yang terpilih. Ketika matahari dan bulan tepat di atas khatulistiwa, pada saat itulah waktu yang dipilih untuk melaksanakan Karya Agung Panca Bali Krama. Saat itu terjadi dalam kurun waktu sepuluh tahun sekali. Setelah Panca Bali Krama berulang sepuluh kali alias 100 tahun, diselenggarakanlah Eka Dasa Rudra. Semua itu dimaksudkan untuk mengharmoniskan segala unsur yang membangun jagat raya. Sehari setelah upacara besar itu, umat Hindu pun memasuki tahun baru Saka.

Seperti telah diberitakan sebelumnya, Upacara Agung Panca Bali Krama akan diikuti dengan prosesi Melasti yang akan dilangsungkan pada 21, 22 dan 23 Maret 2009.


Disarikan dari BaliPost, 24 Februari 2009

◄ Newer Post Older Post ►