Kepada Wacik, Bupati Gianyar Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengatakan bahwa masalah ini sudah mengarah serius dan harus segera ditangani. Memang, menurut beberapa catatan media, sudah bertahun-tahun persoalan ini muncul namun hingga kini belum ada pemecahan yang strategis dan berkesinambungan. Tahun 2008 lalu, misalnya, perajin Bali yang mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku terpakasa bersandar pada kiriman kayu dari Jawa dan daerah lainnya.
Buntut dari kesulitan tersebut menurut Ketut Dharma Siadja, seorang ekportir kerajinan kayu dari Mas - Gianyar, bukan saja membuat perajin sulit berproduksi tetapi juga menyulitkan eksportir dalam pemasaran. Di tengah persaingan yang semakin ketat di pasar internasional, hal tersebut membuat harga produk kerajinan kayu asal Bali menjadi lebih mahal sehingga sulit bersaing dengan produk kerajinan serupa asal negara lain seperti Vietnam dan Thailand.
Menurut laporan koran “Bisnis Bali”, tahun lalu saja harga kayu Suar mencapai Rp 8 Juta per truk. Padahal kayu jenis ini sangat diperlukan sebagai bahan baku pembuatan aneka kerajinan patung terutama jenis patung Buddha dan naga untuk dikirim ke pasar di Amerika Serikat, Eropa, Asia dan Australia.
Selain kayu Suar, kayu jenis Albasia juga sulit didapat. Terbatasnya persediaan kayu albasia, membuat harganya melonjak mencapai Rp3 juta per meter kubik. Harga yang sangat memberatkan perajin kayu.
Diduga, kesulitan bahan baku kayu ini disebabkan oleh didirikannya pabrik kayu lapis di kabupaten Bangli beberapa tahun lalu (abe).