Upaya menjadikan ke-tujuh desa di atas menjadi desa wisata tak akan mengubah struktur dan kondisi desa tersebut. Tata ruang dan lingkungan alam akan dipertahankandan dijaga. Malah, beberapa lingkungan yang rusak akan diperbaiki dan dikembalikan keasriannya.
“Ini adalah sebuah upaya mengembangkan industri pariwisata dengan tetap menjaga kelestarian alam,” ungkap AA RakaYudha, Kepala Bidang Penataan Obyek Pariwisata Dinas Pariwisata Daerah Kabupaten Badung, kepada wartawan.
Di samping itu, menurut RakaYudha, konsep ini akan menjadikan pariwisata sebagai milik masyarakat desa. “Akan semakin banyak masyarakat mendapat cipratan bahkan limpahan rejeki dari obyek pariwisata model ini,” imbuhnya.
Namun rialisasi niat baik tersebut masih sedikit terkendala. Kurangnya sarana akomodasi nerupakan kendala utama menjadikandi desa-desa tersebut sebagai desa wisata. Namun demikian, Raka Yudha tetap optimistik bahwa kendala ini akan segera dapat diatasi. Ia berencana melakukan pendekatan ke pelaku-pelaku wisata untuk mencari jalan keluar untuk hal ini.
Tujuh desa yang disebut di atas memang layak dikembangkan menjadi desa wisata sebab masing-masing desa itu memiliki potensi yang hebat. Desa Petang memiliki potensi ekowisata yang sangat baik, Sangeh memiliki hutan kera yang unik, Bongkasa memiliki Sungai Ayung yang selain menawan juga menyenangkan untuk rafting, desa Kapal memiliki pura Sada yang menarik dan tradisi perang ketupat, desa Munggu memiliki tradisi makotek (perang bambu), desa Baha memiliki pemandangan persawahan yang indah, dan desa Mengwi memiliki pura Taman Ayun yang cantik.