Senin, 05 Maret 2012

Sate Gurita, ‘Menendang’ Bumbu di Rongga Mulut










Oleh: Maria Ekaristi & Agung Bawantara


Bagi para pecinta ‘wisata lidah’ sajian sate dari daging sapi, kambing, ayam, bebek, babi, kelinci, atau ikan tentu sesuatu yang biasa. Tapi sate gurita, mungkin merupakan sesuatu yang istimewa. Ya, di Bali, sate gurita memang tergolong istimewa. Selain karena rasanya, tentu karena ketersediaan bahan bakunya yang langka.

Di seantero Bali, tak banyak ditemui warung atau rumah makan yang menyediakan sate gurita. Satu di antara yang sedikit itu adalah Warung Mek ‘D’ yang terletak di jalan raya antara Kota Karangasem dan Pantai Tulamben. Persisnya di Dusun Labasari, Desa Abang, Karangasem, Bali. Di warung itu, tidak hanya sate yang tersedia melainkan juga rawon gurita. Dan, penganan ini sudah disajikan oleh Ni Made Ririp, sang pemilik warung, sejak lebih dari sepuluh tahun.

Sepintas sate gurita yang disajikan tampak seperti sate ikan biasa. Bentuk dan ukurannya nyaris tak ada bedanya. Tapi, begitu anda mencobanya, anda akan mendapatkan sensasi rasa yang sangat berbeda. Dalam baluran bumbu rempah-rempah,rasa daging gurita menyerupai daging cumi-cumi terasa begitu nikmat. Di dalam mulut, kekenyalan daging gurita yang khas seolah menendang bumbu yang lezat itu ke kiri-ke kanan sehingga seluruh rongga mulut dapat merasakannya.

Sepintas, tampilan dan rasa bumbu sate gurita Made Ririp persis dengan bumbu Sate Padang. Bumbu itu berbasis tepung dan aneka rempah yang selain terasa gurih juga ‘membunuh’ rasa amis pada gurita.

Sementara untuk rawon gurita, cara memasak dan bumbunya serupa dengan rawon daging sapi yang banyak di jual di mana-mana.

Untuk keperluan membuat sate dan rawon gurita, setiap harinya Ririp membeli lima hingga delapan gurita segar berukuran sedang atau besar. Masing-masing gurita beratnya sekitar 2 kilogram hingga 3 kilogram.

"Jadi, setiap hari diperlukan sekitar 30 kilogramlah,"ujar Ririp.

Gurita-gurita tersebut, menurut Ririp, merupakan hasil tangkapan nelayan di wilayah Karangasem dan Buleleng.

Untuk membuat sate gurita, mula-mula daging gurita segar direbus hingga matang. Setelah didinginkan daging itu dipotong kecil-kecil lalu ditusuk dengan lidi bambu. Setiap tusuk terdiri dari empat potong daging gurita. Setelah itu, barulah daging tersebut dipanggangdi atas bara api.

Oleh Ririp satu porsi sate (juga rawon) gurita ‘dibandrol’ seharga Rp 15 ribu. Itu sudah termasuk nasi putih dan tambahan pepes ikan.

O, iya, letak Warung ‘D’ milik Rirp ini sekitar 94 kilometer dari Kuta. Jauh? Mungkin saja, jika anda hanya mencari sate itu dari Kuta. Tetapi jika anda menyatukannya dengan program kunjungan ke pantai Tulamben, maka itu akan sekali jalan.

Bagaimana jika anda tak punya rencana ke Tulamben, tetapi menginginkan sate gurita? Tenang! Anda dapat memperolehnya di sebuah gerai di Pasar Bulan, Batubulan, Gianyar. Sekitar 14 kilometer dari Kuta. Letaknya persis di sebelah timur Sahadewa Barong Dance, wahana yang menampilkan tari kecak dan barong secara regular setiap hari. Jadi, anda dapat menikmati sate gurita sebelum menonon barong.

Jika pertunjukan mulai pukul 09.30, datanglah ke Batubulan pukul 08.00 untuk sarapan dengan lauk sate gurita. Untuk satu porsi terdiri dari delapan tusuk sate gurita, anda cukup merogoh kocek sebesar Rp5 ribu. ***

◄ Newer Post Older Post ►