Upacara ini dihadiri oleh seluruh Pemangku seluruh pura di kompleks Pura Agung Besakih, utusan Gubernur Bali, utusan Bupati dan Walikota di seluruh Bali, serta umat dari pemaksan Ulun Kulkul selaku pangempon (penyangga utama) Pura Manik Mas.
Sekitar pukul 09.30 Wita upacara ini dimulai dengan pemujaan upacara Tawur oleh tiga orang Sulinggih, dilanjutkan dengan Bhumi Sudha (panyucian areal pura) oleh Ida Pedanda Gede Nyoman Jelantik Duaja, dan dilanjutkan dengan pemujaan Melaspas atau peresmian secara spiritual bangunan-bangunan di areal pura itu.
Setelah Melaspas, dilanjutkan dengan Mendem Pedagingan, yakni pemendaman lima jenis logam (emas, perak, besi, perunggu, timah) di dasar masing-masing bangunan pura. Kelima logam itu disebut dengan panca datu yang merupakan simbolis dari kekuatan alam semesta. Pemendaman tersebut dilakukan oleh para pemangku disertai para utusan Gubernur Bali dan para utusanBupati dan Walikota se- Bali. Mereka adalah Guru Wisesa (pelaksana pemerintahan) yang bersama-sama umat lain berfungsi sebagai saksi. Dalam istilah Bali mereka disebut dengan manusa saksi.
Sebelum dipendam, sarana pedagingan itu diiring mengelilingi areal pura searah jarum jam sebanyak tiga putaran. Seluruh rangkaian upacara ini ditutup dengan persembahyangan bersama sekitar puku 12.30 Wita.
Sebagai pelengkap upacara, hari itu digelar kesenian topeng Pajegan, Wayang Lemah dan Gegitan. Dalam setiap upacara besar di Pura mana pun di Bali, ketiga jenis kesenian tersebut wajib diselenggarakan.
Sesajen yang dipersembahkan dalam upacara ini adalah sesajen yang telah dilengkapi dengan binatang kurban yang telah disucikan pada upacara Mapepada yang dilakukan hari Minggu, 15 Pebruari 2009.