Tumpek Kandang adalah sebuah hari suci umat Hindu di Bali yang ditujukan untuk menyelaraskan hubungan menusia dengan lingkungan khususnya hewan peliharaan. Upacara yang dilakukan pada hari ini merupakan ungkapan rasa syukur atas kemudahan hidup yang diberikan oleh Tuhan melalui hewan-hewan peliharaan, khususnya ternak potong. Dalam penanggalan Bali, hari suci ini jatuh pada Sabtu Kliwon Uye atau setiap 210 hari sekali (tujuh bulan kalender Masehi).
Di desa Peguyangan, tradisi kontes sapi dalam rangka hari Tumpek Kandang sudah berlangsung sejak tahun 1922 namun sempat menghilang selama puluhan tahun karena perubahan era dan situasi. Kini, tradisi tersebut dibangkitkan lagi sebagai ekspresi syukur terhadap lingkungan yang terjaga baik. Pemerintah Kota Denpasar, yang tengah mengumandangkan jargon “Go Green, Go Creative” mendukung sepenuhnya penyelenggaraan acara ini.
Banyak Tumpek
Selain Tumpek Kandang, umat Hindu di Bali juga merayakan beberapa hari Tumpek yang lain. Semua Tumpek itu merupakan ungkapan rasa syukur dan upaya menyelaraskan kehidupan manusia dengan lingkungannya. Tumpek Landep, merupakan upacara yang digelar untuk mensyukuri manfaat dari benda-benda tajam dan peralatan yang terbuat dari besi; Tumpek Wariga, ditujukan untuk mensyukuri manfaat tumbuh-tumbuhan; Tumpek Kuningan, untuk mensyukuri ketentraman dunia; dan Tumpek Wayang, untuk mensyukuri manfaat yang diberikan oleh peralataan kesenian seperti wayang, topeng, gamelan,dan lain sebagainya. (abe/jjb)
Foto: Adrian Suwanto/Radar Bali