Sabtu, 20 Juni 2009

Nasi Séla Karangasem

Nasi séla adalah campuran nasi putih dan cacahan ubi berukuran kecil. Nasi jenis ini, populer di Bali pada tahun –tahun sebelum 1970-an. Itu karena pada saat tersebut beras sangat langka di Bali sehingga harus dicamput dengan ubi, gaplek atau bahan makanan lainnya untuk menambah volume. Sekarang, makanan jenis ini menjadi kelangenan yang asyik. Apalagi beberapa warung di Bali kini menyajikannya dengan pasangan yang serasi, seperti yang disuguhkan di stand kuliner Kabupaten Karangasem di arena Pesta Kesenian Bali (PKB) 2009. Di stan ini, nasi séla yang mulanya merupakan makanan “pertahanan di masa krisis”, menjadi hidangan yang begitu memanjakan selera.

Nasi séla di stan Karangasem yang diawaki oleh Nengah Sekerti (52 tahun) disuguhkan dengan lauk ayam betutu, urab sayur kacang panjang berisi timun dan kacang merah, pindang tongkol, pesan celengis, sambel matah, sambal teri, dan sate kulit ayam. Semuanya diolah dengan bumbu khas Bali yang didominasi rasa terasi dan bebungkilan (kencur, laos, kunyit, jahe, bawang putih).

Dalam racikan Sukerti, rasa bumbu yang menyatu dengan sayur, ikan dan daging membuat rasa ubi yang tercampur dalam nasi luluh. Andaikata tak tahu bahwa ada ubi di dalamnya, kamu pasti akan menyangka nasi yang kamu makan tersebut adalah nasi dari beras tulen!

Di luar ajang PKB, Sukerti biasanya membuka warung makan di jalan Ngurah Rai, Amlapura. Persis di depan RSU Karangasem. Namanya, “Warung Mek Luh”. Selain nasi séla, di warung ini kamu dapat menemukan makanan khas Bali lainnya seperti Ayam Betutu dan Tipat Blayag.

Harga seporsi nasi séla di “Warung Mek Luh” Rp 10 ribu. Murah, kan?

◄ Newer Post Older Post ►