Kecuali panorama matahari terbenamnya, pemandangan pantai Jimbaran dan Kedonganan berbeda dengan pantai Kuta, Legian atau Seminyak. Dari kedua pantai ini kamu masih bisa melihat deretan perahu tradisional yang tengah melaut menangkap ikan. Kamu juga dapat melihat perahu-perahu serupa yang disewa wisatawan penggemar selancar. Ya, gulungan ombak di pantai ini memang berdebur cukup jauh dari bibir pantai. Karena itu para peselancar membutuhkan perahu untuk mengantarkan mereka ke tengah laut.
Di ujung utara pantai Jimbaran terdapat pasar ikan yang menjual berbagai jenis ikan segar. Di sini kamu dapat membeli ikan-ikan segar dengan harga yang relatif murah. Beberapa kafe berjajar di sepanjang pantai menyediakan menu-menu hasil laut seperti ikan dan cumi bakar, lobster, kepiting serta kerang rebus dengan aroma dan rasa yang khas yakni perpaduan antara citarasa Bali dengan citarasa internasional. Jadi, nggak terlalu pedas sebagaimana masakan Bali pada umumnya. Biasanya, kafe-kafe ini ramai di kunjungi pada petang hingga malam hari. Rupanya, bagi banyak wisatawan, makan di tepi pantai terasa lebih indah dan romantis di malam hari.
Siapkanlah beberapa uang ‘receh’ untuk pengamen yang akan menghiburmu dengan lantunan suaranya yang merdu. Berilah Rp10 ribu (Ya sepuluh ribu rupiah!) untuk hiburan yang menyejukkan telingamu itu. Kalau seandainya kamu kebetulan nggak ada recehan, tolak saja dengan halus ketika rombongan penyanyi itu menghampirimu. Mereka nggak akan marah karena penolakanmu itu, kok.
Di seputar pantai Jimbaran kamu dapat dengan mudah menemukan hotel, vila, atau resort untuk menginap. Kisaran harga sewa kamar mulai dari Rp 350 ribu (termasuk makan pagi) sampai US$ 780 per malam. Silahkan pilih. Ada harga, ada rupa!