Rabu, 06 Mei 2009

400 Telur Penyu di Bak KPK

Tak kurang dari 400 telur penyu saat ini tengah ditetaskan dalam sebuah bak penetasan milik Konservasi Penyu Kuta (KPK). Telur-telur binatang laut berbatok keras tersebut berasal dari berbagai pantai di Bali. Mereka dibawa ke KPk karena tempat di mana telur-telur tersebut ditemukan dianggap tak kondusif. 102 butir berasal dari Pantai Klecung, Tabanan. Mereka dibawa oleh para pecinta lingkungan setempat pada tanggal 28 April 2009. Telur-telur penyu ini diperkirakan akan menetas sekitar tanggal 14 – 27 Juni 2009.

Dua hari setelah kedatangan telur dari Pantai Klecung, di pesisir pantai depan Kulkul Hotel, Kuta, ditemukan 222 butir telur penyu di beberapa titik di atas hamparan pasir. Telur-telur itu pun di bawa ke bak penetasan KPK dan diperkirakan akan menetas sekitar tanggal 16 – 29 Juni 2009. Selang dua hari berikutnya, 2 Mei 2009, kembali bak penetasan ini mendapat kiriman 110 butir telur penyu yang ditemukan di pantai depan Hotel Inna Kuta. Telur-telur ini diperkirakan akan menetas sekitar tanggal 18 Juni - 1 Juli 2009.

Lalu bagaimana setelah telur-telur itu menetas? Seperti yang sudah beberapa tahun dilakukan oleh KPK, begitu tukik (anak penyu) keluar dari cangkangnya, setelah dianggap siap tukik-tukik tersebut tersebut dilepaskan ke laut agar mereka mencari sendiri habitatnya yang sesuai.

Tentang Konservasi Penyu Kuta, ini adalah sebuah lembaga non profit yang cikal-bakalnya bermula pada tahun 1999. Saat itu Desa Adat Kuta yang dserahi wewenang untuk pengelolaan kawasan pantai Kuta bertekad untuk melakukan pelestarian dan penataan kawasan tersebut. Tiga tahun kemudian setelah memahami dengan baik segala persoalan yang muncul dan cara pemecahannya, pada tahun 2002 Desa Adat Kuta mendirikan Satuan Tugas (Satgas) yang bertanggungjawab atas pengelolaan kawasan sekaligus menjaga kenyamanan kawasan pantai.
Di tahun itu, seekor penyu menepi dan bertelur di pesisir pantai Kuta. Sebagai pengeloala kawasan, Satgas Desa Adat Kuta dibantu BKSDA Bali mengisolasi lokasi penyu tersebut bertelur agar tidak diganggu hewan maupun tangan-tangan jahil. Beberapa saat kemudian sebagian dari telur-telur tersebut menetas, dan tukiknya dilepaskan ke laut.

Tahun 2004, kembali terjadi kunjungan beberapa penyu di beberapa lokasi di pantai Kuta. Kembali Satgas Desa Adat Kuta melakukan pengisolasian seperti yang pernah dilakukan sebelumnya. Namun, cara itu rupanya tak aman.

“Telur-telur tersebut habis tersapu gelombang besar yang datang tiba-tiba,” tutur I Gusti Ngurah Tresna, Komandan Satgas Desa Adat Kuta Unit Pengelolaan Pantai.

Berdasarkan pengalaman tersebut, ketika pada tahun 2005, pantai Kuta kembali kedatangan penyu-penyu yang bertelur, Satgas Desa Adat Kuta membuatkan bak penangkaran untuk telur-telur tersebut. Dengan cara ini, 95 persen dari telur tersebut menetas dengan selamat.

Sejak saat itu, citra Bali yang senang membantai penyu perlahan-lahan surut. Net Animal, organisasi pecinta binatang yang bermarkas di New York dan memiliki 17 ribu cabang yang tersebar di seluruh dunia pun kemudian datang berkunjung ke Kuta dan menganugerahkan Gibon Award bagi Satgas Desa Adat Kuta.

Akhir 2007, saat penyelenggaraan United Nation for Climate Change (UNFCC) di Nusa Dua, Satgas Desa Adat Kuta dan KPK diundang untuk membantu memandu proses pelepasan tukik di Nusa Dua yang melibatkan Miss World.

Sekadar tambahan, masa penyu bertelur dalam setahun, adalah sekitar bulan April hingga bulan Oktober. (abe/jjb)
◄ Newer Post Older Post ►