JK lebih dulu mencontreng di TPS 20 Taman Karawang, Menteng, Jakarta, pukul 09.00 WIB, Kamis (9/4). Sedangkan SBY mencontreng di TPS 03 Cikeas, Bogor, Jabar, pukul 11.00 WIB. Perbedaan mencolok adalah pada jari yang digunakan keduanya untuk dilumuri tinta usai mencontreng.
Pengamat gestur alias bahasa tubuh Yasraf Amir Piliang menuturkan, penggunaan gestur jari tangan ada artinya. Ini juga berurusan dengan kesepakatan sosial dan pandangan umum.
"Jempol itu baik, bagus, terbaik. Itu pandangan umum simbol jempol. Sedangkan kelingking sebaliknya, dianggap rendah, kecil, sebangsa itu," kata Yasraf kepada INILAH.COM di Jakarta, Kamis (9/4).
Dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB ini tidak menampik jika ada maksud lain maupun pengertian lain mengenai simbol jempol dan kelingking. Namun makna umum yang berlaku di masyarakat adalah jempol besar, kelingking kecil.
"Boleh saja kalau mempunyai maksud sendiri. Tapi itu bisa bertentangan apa yang dipahami masyarakat. Karena seluruh jari mempunyai makna sosial. Misalnya kalau ada jempol diacungkan ke bawah artinya buruk, kalau jempolnya ke atas berarti baik," tutur Yasraf .
Sedangkan Humas Bawaslu Osben Samosir menyatakan pemilih bebas memilih jari mana saja yang akan dicelupkan atau dilumuri tinta usai mencontreng surat suara. Namun diakuinya, yang paling sering dan banyak digunakan pemilih adalah kelingking.
"Kalau soal jari, tidak ada yang spesifik harus pakai kelingking, jempol atau lainnya. Yang paling sering digunakan jari kelingking kiri atau kanan. Yang terpenting setelah mencontreng, pencontreng harus diberikan tanda tinta pada salah satu jarinya. Jadi tergantung pencontreng mau menggunakan jari yang mana, asalkan bukan jari kaki," tutur Osben. (inilah.com)