Dengan kameranya, lelaki kelahiran Malang tahun 1974 ini ‘membekukan’ kompleksitas perilaku manusia masa kini dan menjadikannya karya-karya kontemplatif. Dan, disiplin foto jurnalisme yang dianutnya membuat realitas yang terekam dalam foto-fotonya serasa hadir di hadapan orang yang melihatnya.
“Karya-karya foto di dalam pameran ini adalah hasil kontemplasi saya sebagai seorang jurnalis foto yang telah melakukan perjalanan panjang mengabadikan peristiwa demi peristiwa ,” papar pria berpenampilan lembut.
Lukman memang bukan foto jurnalis kemarin sore. Di Bali dia memulai langkahnya sejak tahun 2000 dengan menjadi staf fotografer di Harian Nusa. Di situ ia berkutat hingga empat tahun lamanya. Setelah merasa mantap untuk berdiri sendir, pada tahun 2004 ia memutuskan untuk menjadi fotografer lepas.
Kualitas karya-karya Lukman membuatnya terpilih menjadi satu-satunya pewarta foto Indonesia yang mendapat scholarship untuk mengikuti Angkor Photo Workshop dan Angkor Photography Festival pada 2006 di Kamboja. Kualitas karyanya pula yang membuat foto jurnalistiknya diterbitkan di 30-an media seperti Tempo, The Jakarta Post, Time Asia, Financial Times, The Dailytelegraph, Oberoi Magazine International, The Bulletin Magazine dan majalah Tempo. Apple Inc. memilihnya sebagai salah satu fotografer untuk pembuatan materi dalam kampanye iklan Aperture, software pengolah foto digital keluaran Apple. Saat ini secara reguler mengerjakan penugasan-penugasan dari News Limited Australia (ae).