Ini sungguh penipuan yang lucu. Seratusan orang warga Krembangan, Surabaya, berdandan ala suku pedalaman di Papua, hendak mengadiri parade budaya. Konon, mereka diminta berdandan seperti itu sebagai bagian dari upacara tolak bala. Parade Budaya memang sedang digelar sebagai bagian dari perayaan HUT ke-716 Kota Surabaya.
Sekujur tubuh mereka dilumuri cat hitam sehingga menampakkan sosok mereka seperti ras negro. Sudah begitu, bagian kemaluan mereka hanya ditutup seuntai kain mirip koteka, sehingga bagian belakangnya terlihat jelas. Ada beberapa yang masih menggunakan celana dalam. Mereka menamakan diri sebagai rombongan tolak bala. Mereka datang ke Tugu Pahlawan (lokasi pemberangkatan peserta parade) sekitar pukul 11.00 dan langsung menarik perhatian para peserta lain.
Panitia acara pun terheran-heran. Akhirnya, panitia menanyakan maksud kehadiran pasukan koteka itu kepada ketua rombongan. Diperoleh jawaban bahwa mereka disuruh berdandan menyerupai warga suku Asmat Papua oleh Asisten II Sekkota Surabaya, Mukhlas Udin.
“Katanya untuk tolak bala,” sebut salah seorang peserta pasukan koteka.
Peserta lain mengaku rela berdandan seperti itu karena akan mendapat hadiah sembako dan pakaian training (pakaian olahraga) dari pemkot. “Lumayan dapat sembako,” ujar peserta yang enggan disebutkan namanya ini.
Mukhlas Udin yang mengetahui namanya disebut-sebut, langsung mengklarifikasi. “Saya tidak pernah menyuruh mereka berdandan seperti itu. Apalagi sampai porno seperti itu,” kata Mukhlas.
Khawatir rombongan ini akan merusak acara, Mukhlas lalu memerintahkan Satpol PP untuk memulangkan mereka dengan tiga kendaraan. Mukhlas menyesalkan sikap Lurah di Krembangan yang tidak mengonfirmasi dirinya sebelum membawa rombongan tersebut ke Tugu Pahlawan.
Menurut Mukhlas, penipuan terkait acara Parade Budaya ternyata juga dilakukan terhadap Satuan Brimob Polda Jatim. Hanya saja, salah seorang anggota Brimob sempat mengonfirmasi Mukhlas sebelum menampilkan regunya.
“Mereka diminta menyediakan 90 anggota untuk juga tampil seperti pasukan koteka itu. Tapi untungnya, mereka telepon saya dulu sehingga tidak terlanjur membawa rombongan seperti itu,” kata Mukhlas.
Meski sudah jelas unsur penipuannya, Mukhlas tidak membawa masalah ini ke jalur hukum. Alasannya, penipuan itu sulit dideteksi siapa pelakunya. Insiden menghebohkan itu ternyata tidak memengaruhi jalannya Parade Budaya. Parade diberangkatkan oleh Wali Kota Surabaya Bambang DH sekitar pukul 13.00, mengambil start di Tugu Pahlawan. Kemudian bergerak ke Jalan Kramat Gantung-Gemblongan-Tunjungan-Gubernur Suryo-Yos Sudraso dan finish di depan Taman Surya. Hujan yang mengguyur Kota Pahlawan sejak siang juga tidak membuat ratusan peserta bergeser dari rute parade. Mereka tetap bersemangat meski dandananya banyak yang luntur akibat guyuran air hujan. (kompas.com)
Panitia acara pun terheran-heran. Akhirnya, panitia menanyakan maksud kehadiran pasukan koteka itu kepada ketua rombongan. Diperoleh jawaban bahwa mereka disuruh berdandan menyerupai warga suku Asmat Papua oleh Asisten II Sekkota Surabaya, Mukhlas Udin.
“Katanya untuk tolak bala,” sebut salah seorang peserta pasukan koteka.
Peserta lain mengaku rela berdandan seperti itu karena akan mendapat hadiah sembako dan pakaian training (pakaian olahraga) dari pemkot. “Lumayan dapat sembako,” ujar peserta yang enggan disebutkan namanya ini.
Mukhlas Udin yang mengetahui namanya disebut-sebut, langsung mengklarifikasi. “Saya tidak pernah menyuruh mereka berdandan seperti itu. Apalagi sampai porno seperti itu,” kata Mukhlas.
Khawatir rombongan ini akan merusak acara, Mukhlas lalu memerintahkan Satpol PP untuk memulangkan mereka dengan tiga kendaraan. Mukhlas menyesalkan sikap Lurah di Krembangan yang tidak mengonfirmasi dirinya sebelum membawa rombongan tersebut ke Tugu Pahlawan.
Menurut Mukhlas, penipuan terkait acara Parade Budaya ternyata juga dilakukan terhadap Satuan Brimob Polda Jatim. Hanya saja, salah seorang anggota Brimob sempat mengonfirmasi Mukhlas sebelum menampilkan regunya.
“Mereka diminta menyediakan 90 anggota untuk juga tampil seperti pasukan koteka itu. Tapi untungnya, mereka telepon saya dulu sehingga tidak terlanjur membawa rombongan seperti itu,” kata Mukhlas.
Meski sudah jelas unsur penipuannya, Mukhlas tidak membawa masalah ini ke jalur hukum. Alasannya, penipuan itu sulit dideteksi siapa pelakunya. Insiden menghebohkan itu ternyata tidak memengaruhi jalannya Parade Budaya. Parade diberangkatkan oleh Wali Kota Surabaya Bambang DH sekitar pukul 13.00, mengambil start di Tugu Pahlawan. Kemudian bergerak ke Jalan Kramat Gantung-Gemblongan-Tunjungan-Gubernur Suryo-Yos Sudraso dan finish di depan Taman Surya. Hujan yang mengguyur Kota Pahlawan sejak siang juga tidak membuat ratusan peserta bergeser dari rute parade. Mereka tetap bersemangat meski dandananya banyak yang luntur akibat guyuran air hujan. (kompas.com)