Khairil berguru dengan Alhabib yang terkenal dengan sebutan Habib Muh di Yogyakarta tersebut sudah cukup lama. Suatu hari, Khairil berjalan ke sebuah masjid di Solo, di masjid tersebut terdapat sebuah Quran yang menjadi perhatian publik.
Perjalanannya ke masjid tersebut diceritakannya kepada sang guru Habib Muh, begitu juga dengan sebuah Quran kuno yang dipajang di dalam masjid dan banyak pengunjung yang memperhatikannya.
Mendengar cerita sang murid, Habib Muh akhirnya mengungkapkan sebuah rahasia, kalau dirinya juga ada menyimpan sebuah Quran kuno dari peninggalan para kyai terdahulu.
Quran yang terbuat dari kulit kayu tersebut tingginya 1,5 meter, lebar 1 meter, dan berat 85 kg, sampul depan Quran tersebut terbuat dari kulit lembu dan isinya ditulis dengan tulisan tangan.
Diungkapkan Habib Muh, Quran tersebut didapatnya dari seorang kyai di Bangil, ia diminta untuk menyimpan Quran tersebut di rumahnya.
"Usianya lebih dari 100 tahun, Quran itu sudah beberapa kali berpindah tangan, dari tangan kyai yang satu dengan kyai yang lainnya, hingga sampai kepada saya," ungkap Habib Muh waktu itu kepada Khairil.
Mendengar penuturan sang guru, Khairil lantas tertarik untuk membawa Quran tersebut ke tanah kelahirannya di Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Hal ini diungkapkannya kepada Habib Muh, dan Quran tersebut akan ditempatkannya di Masjid Raya Amuntai, dengan harapan banyak warga atau pun masyarakat menyaksikan Quran tersebut.
Setelah mendapat sinyal lampu hijau dari Habib Muh, Khairil langsung kembali ke kampung halamannya di Amuntai, kepada Bupati HSU Aunul Hadi, ia menceritakan keberadaan Quran tersebut.
Bupati yang mendengar cerita anak banua itu pun tertarik, ia mengutus Khaladi, Kepala Bagian Kesra Pemkab HSU, untuk menemui Habib Muh.
Setelah bertemu dengan Habib Muh dan menceritakan siapa yang berminat dengan Quran tersebut, Habib menyetujuinya untuk dibawa ke Kabupaten HSU.
Apalagi, Aunul ternyata adalah anak dari Idham Khalid, salah satu tokoh Nahdatul Ulama yang cukup terkenal, tidak berapa lama kemudian Quran langsung diboyong ke HSU.
"Sejak tiga bulan yang lalu Quran itu sudah sampai di Amuntai dan disimpan di kediaman Bupati HSU, pada hari jadi HSU lalu Bupati sudah meyerahkannya kepada KH Hadan Khalid, Ketua Panitia Pembangunan Masjdi Raya Amuntai," ungkap Khaladi.