Agaknya nafsu kekuasaan dan nafsu syahwat bisa berjalan seiring. Setidaknya ini bagi janda Irawati, 46, yang jadi caleg sebuah partai di Sumenep (Madura). Di tengah strategi menjaring suara, ternyata dia juga mengatur siasat bagaimana aksi selingkuhnya bersama Yusro, 50, berjalan mulus. Akan tetapi…..
Tatkala kran demokrasi dibuka seluas-luasnya di era reformasi, jumlah partai membludak tak terkendali bak Situ Gintung di Ciputat. Di jaman Orde Baru dengan tiga partai saja rakyat pusing, kini malah 38 partai berlomba-lomba ingin mendulang suara di Pemilu 2009. Benarkah mereka bertekad mengentaskan wong cilik? Tak semuanya begitu. Para caleg berlomba-lomba masuk Senayan mayoritas hanyalah ingin mengubah nasib pribadi. Lumayanlah, lima tahun duduk ongkang-ongkang dengan gaji besar.
Irawati, warga Bumi Sumekar, Sumenep, juga tak jauh beda dengan caleg-caleg lain, meski targetnya hanya kursi DPRD. Tapi yang lebih hebat dadi janda cantik ini. Di sela-sela kesibukannya mengatur strategi bagaimana menjaring suara, dia masih sempat pula menjaring cinta seorang lelaki yang bukan bebas merdeka. Irawati sebetulnya sadar betul bahwa seorang caleg harus tanpa cacat dalam urusan moral. Tetapi setan selalu membujuk: “Yang penting nggak ada yang tahu Bleh, jadi selingkuh jalan terus!”
Kewajiban ganda buat Yusro lelaki dari Jombang (Jatim) ini. Selain dia harus membantu all out untuk pemenangan calon politisi yang cantik ini, dia juga harus mendanai biaya-biaya kampanye yang digelar Irawati. Tapi untuk itu dia memang dapat imbalan signifikan. Bila rakyat hanya menyontreng kartu suara untukIrawati , Yusro bisa “mencoblos” sekalian janda itu di luar bilik suara. Dan ini berlangsung bukan hanya untuk 9 April mendatang, tapi jauh sebelum itu dia sudah biasa mencontreng dan mencoblos sang calon wakil rakyat.
Aksi “pencoblosan” Yusro atasIrawati memang belum pernah dipergoki warga sekitar kompleks. Tapi dalam benak segenap penduduk, mesthi aktivitas mereka tak jauh dari itu. Soalnya lelaki ini sering sekali menginap di rumah si janda. Bukan di kamar lain, tapi langsung di kamar Ny. Irawati . Nah, lelaki macam Yusro setiap hari disuguhi kue bakery penuh gizi, bagaimana tidak tergiur? “Omong kosyong jika mereka tak berbuat sebagaimana layaknya suami istri,” kata warga berapi-api.
HubunganIrawati – Yusro memang telah dilaporankan pada pamong setempat. Mereka sudah mengingatkan agar Bu Caleg ini jangan lagi-lagi memasukkan lelaki ke dalam rumahnya, apa lagi dalam kamarnya. Tapi imbauan itu tak pernah digubris. Buktinya, Yusron masih terus saja rajin Jombang – Sumenep untuk “contreng-contrengan” bersama janda Irawati . Mungkin prinsip Yusron: Jombang Sumenep numpak sepur, atiku mantep entuk randa mempur (hatiku mantap dapat janda seksi).
Soal bodi, jandaIrawati memang jaminan mutu. Tubuhnya sekel nan cemekel (enak dipegang). Karenanya, meski usia sudah menjelang kepala lima dia masih nampak STNK (Setengah Tua Namun Kenyal). Dan Yusro sangat suka itu. Maka asal datang ke rumah Irawati , langsung saja ngebleng (menutup diri) dalam kamar, siap menerkam sang caleg . Gunjingan orang tak pernah dipedulikan lagi.
Akhirnya hari nahas itu pun tiba. Beberapa hari lalu, di siang hari bolongIrawati digerebeg warga tengah “matinee show” (baca: main siang) bersama Yusro. Untung saja polisi segera tiba, sehingga warga yang emosi tak sempat bermain hakim sendiri. Keduanya langsung dibawa ke Polres Sumenep untuk mempertanggungjawabkan aksi selingkuhnya. Yusro juga pada keluarganya, Irawati pada partai kendaraan politiknya. (poskota.co.id)
Tatkala kran demokrasi dibuka seluas-luasnya di era reformasi, jumlah partai membludak tak terkendali bak Situ Gintung di Ciputat. Di jaman Orde Baru dengan tiga partai saja rakyat pusing, kini malah 38 partai berlomba-lomba ingin mendulang suara di Pemilu 2009. Benarkah mereka bertekad mengentaskan wong cilik? Tak semuanya begitu. Para caleg berlomba-lomba masuk Senayan mayoritas hanyalah ingin mengubah nasib pribadi. Lumayanlah, lima tahun duduk ongkang-ongkang dengan gaji besar.
Irawati, warga Bumi Sumekar, Sumenep, juga tak jauh beda dengan caleg-caleg lain, meski targetnya hanya kursi DPRD. Tapi yang lebih hebat dadi janda cantik ini. Di sela-sela kesibukannya mengatur strategi bagaimana menjaring suara, dia masih sempat pula menjaring cinta seorang lelaki yang bukan bebas merdeka. Irawati sebetulnya sadar betul bahwa seorang caleg harus tanpa cacat dalam urusan moral. Tetapi setan selalu membujuk: “Yang penting nggak ada yang tahu Bleh, jadi selingkuh jalan terus!”
Kewajiban ganda buat Yusro lelaki dari Jombang (Jatim) ini. Selain dia harus membantu all out untuk pemenangan calon politisi yang cantik ini, dia juga harus mendanai biaya-biaya kampanye yang digelar Irawati. Tapi untuk itu dia memang dapat imbalan signifikan. Bila rakyat hanya menyontreng kartu suara untuk
Aksi “pencoblosan” Yusro atas
Hubungan
Soal bodi, janda
Akhirnya hari nahas itu pun tiba. Beberapa hari lalu, di siang hari bolong