Lawar adalah sejenis sayur-sayuran yang dicincang lalu diberi bumbu berbasis terasi yang diramu dengan bumbu rempah-rempah. Di desa-desa kita bisa menemukan bermacam jenis lawar. Ada lawar nangka, lawar kacang panjang, lawar daun belimbing, lawar buah papaya muda, lawar kelapa. So, dasar lawar itu sesungguhnya sayur, bukan daging. Sayuran yang paling populer dijadikan lawar adalah nangka muda dan kacang panjang.
Lalu, untuk menambah cita rasa dan kelezatannya, lawar diberi cincangan daging. Bisa daging ayam, bebek, babi, sapi, keong, mentok atau penyu. Cincangannya ada yang sengaja dibuat halus untuk menguatkan rasa bumbu, ada juga yang sengaja dibuat kasar agar “kehadirannya” bisa terasa di lidah kamu.
Karena kebanyakan konsumen suka menonsumsi daging, kini hampir semua rumah makan menyuguhkan lawar berisi daging. Bahkan, ada yang dagingnya lebih dominan ketimbang sayurnya.
Di desa-desa, lawar biasanya pedas. Ada juga yang menyampurkan darah segar saat meremas bumbunya. Tapi di sebagian besar rumah makan di Bali, apalagi di restoran yang menyasar turis bule, cita rasa lawar disesuaikan dengan lidah sebagian besar pelanggannya. Lawar-lawar itu tidak begitu pedas dan tidak menggunakan darah segar.